Tahapan pembuatan karya video / Standard Operational Procedur:
Pra Produksi, meliputi:
- Adanya ide/gagasan
- Sinopsis
- Treatment
- Naskah/skenario
- Talent
- TA, Property, Rias & Busana
- General Rehearsal/gladi bersih,
- Bloking artis, kamera
- Persiapan Equipment/peralatan
Produksi:
pelaksanaan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera. Mengubah bahan tertulis menjadi bahan/hasil visual dan audio. atau dengan bahasa sederhana adalah pelaksanaan Shooting
Pasca Produksi
proses editing (logging, penyuntingan dan penyambungan gambar, titling, mixing audio, dubbing, effect)

Sinkronisasi antara A dan V
Tayangan video merupakan sebuah tayangan yang sinkron/macth (tepat) antara unsur gambar dan suara; indikatornya adalah:
- lip-sing pengisi acara dengan suara yang disampaikannya. Penyanyi, reporter, presenter, dialog, dan lainnya
-keselarasan audio/narasi dengan visual (mis: narasi yang menerangkan sebuah mobil, maka idealnya visualisasinya juga menampilkan gambar mobil)
-keselarasan ilustrasi musik, audio effect dengan visualisasi (mis: adegan perkelahian idealnya menggunakan efek benturan fisik dan ilustrasi yang cepat)
Imaginer line
Garis khayal panduan kameraman untuk menentukan letak kamera, pencahayaan, komposisi, artis, angle, pergerakan kamera / lensa dan segala hal teknis kamera yang dipersiapkan untuk merekam adegan / shot.
Tujuan:
- Menjaga kontiniti
- Dinamika gambar
- Detail adegan/subjek
Shot yang dihasilkan oleh kameraman yang melanggar garis imajiner tidak dapat disambung.
Kalaupun itu dilakukan harus mempersiapkan shot lain (insert shot) untuk menyambung shot2 yang melampaui garis imajiner tersebut.
KONTINITI
Kesinambungan : Film/video harus menyajikan citra secara berkesinambungan, lancar, logis, dan wajar-masuk akal. Film/video dapat memanipulasi/menciptakan ruang dan waktunya sendiri.
Film yang baik adalah film dimana penonton tidak merasakan potongan gambar namun penonton merasakannya menjadi satu rangkaian kejadian, disinilah dibutuhkan kontiniti yaitu proses kesinambungan antar gambar. Apalagi sebuah shot dalam film tidak diambil secara berurutan.
Secara garis besar, sebuah rangkaian cerita/film/informasi dibangun dengan menyampaikan atau mempertahankan dua aspek kontiniti, yakni:
a. kontiniti ruang
Membangun logika perpindahan ruang yang wajar, meskipun hanya diberikan visual yang sederhana.
Mis: perjalanan pesawat dari Sby ke Jkt tidak perlu di shot semua aktivitas perjalanannya. Cukup shot pesawt take offkemudian disambung dg pesawat yglanding.
b. kontiniti waktu
Lampau, skg, yg akan dtg, menurut kondisi
Mis: sebuah film berdurasi 2 bisa menceritakan kehidupan seseorang mulai lahir hingga meninggal
Beberapa elemen lain yg harus diperhatikan:
a. Kontiniti gerakan dan emosi pemain
Setiap pemain diharapkan sadar kontiniti, semakin profesional seorang pemain maka kemampuan dalam kontiniti gerakan dan emosinya diharapkan semakin baik.
b. Kontiniti lighting
Kondisi cahaya antar shot, terutama dalam satu scene diharapkan tidak berubah agar penonton tidak terganggu karena terjadi jump light.
c. Kontiniti suara
Suara juga sangat penting dijaga kontinitinya terutama dalam hal tone, equalisasi, noise, atmosfir, dsb.
c. Kontiniti art
Kontiniti yang perlu dijaga dalam art antara lain wardrobe, make up, property, setting.Film/video dapat memanipulasi/menciptakan ruang dan waktunya sendiri.
Sebuah contoh untuk mempertahankan kontiniti adalah dengan memperhatikan Imaginer line. dalam hal ini seorang kameraman tidak boleh melanggar garis imajiner seperti dalam aturan yang disebut sebagai "180 degree rule":


Jika gambar diambil dari kamera 2 dan 3, maka penonton akan melihat dari sisi yang tetap.

Jika gambar diambil dari kamera 2 dan 4, maka akan merubah arah pandang penonton / membingungkan
Komposisi
ARTI SEDERHANA: PENEMPATAN BENDA/OBJEK DI DALAM SEBUAH FRAME/BINGKAI
BERKAITAN DG KAMERA/TELEVISI/PRESENTATION:PENYUSUNAN UNSUR-UNSUR GAMBAR SEDEMIKIAN RUPA UNTUK MENGARAHKAN PERHATIAN PENONTON KEARAH SUATU PUSAT PERHATIAN.
komposisi berkaitan dengan:
BALANCE, BEAUTY, POINT INTEREST, COMUNICATION
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komposisi adalah mengenai teknik pembingkaian objek/subjek dalam sebuah frame:
a. "The Rule of Thirds"

Aturan ini membagi frame menjadi 3 bagianPenekanannya yaitu 1/3 atau 2/3 frame, daripada ditengah-tengah framePada saat membidik dengan mode mendatar atau landscape, ambil bagian dataran atau bawah kurang lebih 1/3 frame, kemudian sisanya untuk mengambil bagian atas atau langit
b. "Headroom", "looking room", and "leading room“
Terminologi atau istilah ini mengacu pada banyaknya ruang yang ada dalam sebuah frame yang dibiarkan kosong.
Anda perlu membuat sebuah ruang kosong didepan muka/sesuai dengan arah pandang obyek anda. Ruang kosong ini dinamakan dengan "talking room/front space/nose room". Jika seseorang sedang berbicara dengan orang lain, maka "talking room" ini memberikan efek natural pada gambar.
Walking room, jika seseorang sedang berjalan, maka berikan juga ruang kosong untuk berjalan ini.
Sedangkan Head room adalah ruang kosong antara batas atas dari obyek dengan batas atas dari frame


Kesalahan yang sering dilakukan adalah memberikan head room terlalu lebar, sehingga menghabiskan ruangan frame terlalu banyak.
Hindari mengambil setengah gambar dalam sebuah frame, khususnya obyek manusia (seperti separuh wajah manusia) karena akan sangat tidak enak untuk dilihat.
c. Equilibirum (keseimbangan)
keseimbangan merupakan cita rasa seorang kameraman dalam membingkai subjek beserta komponen/elemen visual lainnya dalam sebuah frame. keseimbangan bukan berarti penempatan yang simetris, namun lebih kepada bagaimana menyusun elemen2 visual dalam sebuah bingkai atau frame dapat menimbulkan perasaan yang seimbang, indah, nyaman untuk dilihat.
ex:

Seimbang tak seimbang
Pembingkaian dalam Videografi
Shot :
sebuah shot adalah tayangan yang dihasilkan dari perekaman kamera, mulai menekan tombol rec hingga berakhir/menekan tombol pause.
Dalam sebuah rangkaian cerita dibagi menjadi:
beberapa sequence (babak), scene (adegan), dan shot (bagian terkecil dari struktur visualisasi video)
Jenis / Tipe SHOTS dalam videografi
1. BERDASARKAN ANATOMI MANUSIA

Ada 5 shot dasar yang biasa digunakan kamera dalam merekam, yakni close up (CU), medium close up (MCU), medium shot (MS), knee shot (KS) dan full shot(FS)
Dengan kelima shot dasar tersebut disertai akibat gerakan kamera dan lensa akan menghasilkan berbagai variasi gambar dan jumlah subjek pun bisa lebih dari satu (orang).

Close Up (CU)
Jenis shot ini akan mengarahkan perhatian penonton untuk melihat subjek dari dekat. Menguntungkan jika digunakan untuk mengambil action dramatik atau dialog artis. Shot ini hanya mengambil gambar hanya pada bagian wajah (close up). Teknik ini lebih menonjolkan ekspresi wajah dari subjek.

Medium Close Up (MCU)
shot ini dapat memperlihatkan gerak/aktifitastubuh artis terutama gerakan dada keatas, biasa digunakan untuk produksi berita di studio

Medium Shot (MS)
teknik pengambilan gambar ini sesuai jika digunakan untuk menangkap gerakan dari pinggang ke atas. Pengambilan gambar dengan tipe shoot ini ini bertujuan untuk menunjukan subyek lebih detail, dan juga bisa menunjukan emosi yang ditampulkan oleh subjek.

Knee Shot (KS)
Tipe shot ini dapat digunakan untuk memberikan perhatian penonton terhadap aktifitas 2/3 artis. Dapat juga digunakan untuk membingkai artis yang jumlahnya > 1

Full Shot (FS)
Teknik ini akan menarik jika
diarahkan pada gerakan yang
dibawakan oleh seorang artis
yang menggunakan seluruh bagian
tubuhnya untuk beraktifitas.
Selain itu dengan jenis shot ini
mampu mengcover lebih dari
satu orang subjek (penari).

Extreme close up (ECU)
Pengambilan gambar dengan teknik ini akan menunjukkan secara detil ekspresi dari subjek, seperti linangan air mata, gerak bibir, dan luapan kegembiraan yang terpancarkan dari wajah atau mata subjek

ELS (Extreme Long Shot)
Teknik ini adalah teknik mengambil gambar sangat jauh dari subyek yang mungkin tidak akan kelihatan dengan jelas. Teknik ini bertujuan untuk menunjukan lingkungan disekitar subjek dan dirancang untuk menunjukan pendengar di mana tempat tindakan diambil-ESTABLISHING SHOT.
ELS juga disebut dengan istilah extra long shot or extreme long show.
2. BERDASARKAN JUMLAH OBJEK
•
one shot
•
two shot
•
three shot
•
group shot
TATA CAHAYA
Ada 3 dasar pencahayaan:
1. Cahaya utama(key light)
Yaitu sumber pencahayaan utama yang digunakan di produksi dan lokasi yang disesuaikan dg maksud dan tujuan tertentu. Biasanya pencahayaan atau jenis lampu ini untuk menyinari subjek utama. Akibat dari penyinaran ini adalah timbulnya bayangan pada subjek.
Key light biasanya menggunakan intensitas cahaya cahaya yang paling besar daripada cahaya lain.
2. Cahaya pengisi(fill light)
fungsinya adalah untuk menetralisir kontras yang diakibatkan oleh penyinaran dari lampu utama (mengurangi gelap pada wajah dan bayangan yang timbul). Penempatan lampu ini biasanya diletakkan berseberangan (opposite) dengan key light. intensitas fill light biasanya cukup kuat, namun tidak lebih kuat dari main lightnya
3. Cahaya belakang (back light)
penyinaran lampu ini akan menimbulkan garistepi dari bentuk subjek, sehingga memisahkan dari latar belakang dekorasinya. Efek yang ditimbulkan jelas akan menambah kedalaman pada citra yang ditampilkan di televisi.
berikut contoh skema penggunaan lighting :

tata lampu yang baik mengutamakan objek utama,
menimbulkan efek kedalaman atau dimensi
http://www.mediacollege.com/lighting/three-point/simulator.html
cahaya/lampu/lighting dalam videografi memiliki intensitas yang bermacam-macam. intensitas atau kekuatan suatu pencahayaan diukur berdasar suhu cahaya yang menggunakan satuan derajad Kelvin. kamera tidak mampu membedakan sendiri suatu kondisi pencahayaan dengan suhu cahaya tertentu, maka kameraman harus menset kamera untuk menyesuaikan tiap kondisi pencahayaan dengan cara mengatur white balance kamera.
berikut tabel kondisi pencahayaan berdasar derajat Kelvin
